Sistem Informasi Tentang keluarga Soepomo
5 min readSistem Informasi Tentang keluarga Soepomo – Dr. Soepomo mungkin paling dikenal sebagai sebuah jalan di Tebet, Jakarta Selatan.Namanya memang diabadikan di jalanan Jakarta dan sejumlah kota lain di Indonesia karena jasa-jasanya yang besar. dr Soepomo merupakan salah satu perancang UUD 1945.
Sistem Informasi Tentang keluarga Soepomo
dodingtonfamily -Soepomo mengutip dari biografi yang disusun Direktorat Jenderal Kebudayaan: Soepomo lahir pada tanggal 22 Januari 1903 di Sukoharjo, Jawa Tengah.
Prof.Dr.R.Supomo adalah pahlawan nasional yang akrab disapa sebagai Bapak Konstitusi.Sebelum menjadi tokoh penting dalam penyusunan UUD 1945 dan UUD 1950, ia dikenal sebagai penari Palazzo Solo.Walaupun Supomo lahir dan besar di keluarga bangsawan, namun secara umum ia tetap menjadi warga negara biasa. Disebutkan berbagai sumber, Supomo dibimbing sejak kecil oleh Pangeran Sumodiningrat, artis solo Keraton yang terkenal saat itu.Maka tak heran jika Supomo muda dijuluki “Penari Istana” oleh teman-temannya. Saat remaja, Supomo rutin berlatih tari dan karawitan bersama teman-temannya.
Beberapa sahabat Supomo kemudian menjadi tokoh nasional, seperti Prof. Suripto, Prof. Mr. Sunario, Dr. Susanto Tirtiprojo SH, Prof.Dr. R Purbacaraka, Prof.Dr. Wiryono Projodikoro, Pak Suyudi dan lain-lain.Supomo dan temannya Wiyono Projodikoro pernah menampilkan tarian Panji di Paris, Perancis pada tahun 1926. Menariknya, penampilan tari Supomo dan Wiyono saat itu bertepatan dengan pidato pengukuhan Mohammad Hatta sebagai Presiden Persatuan Indonesia, gerakan nasional mahasiswa Indonesia di Belanda.
Meskipun Soepomo berasal dari kota pada usia muda, ia dilahirkan dalam keluarga terhormat di sana. Ia merupakan putra sulung dari Raden Tumenggung Wignyodipuro, Bupati Inspektur Anom Kasunanan Surakarta Hadiningrat Berprestasi.
Kakeknya, KRT Reksowadono adalah Bupati Sukoharjo,Meskipun Soepomo terlahir sebagai bangsawan, namun mereka tidak memiliki jiwa feodal seperti keluarga pemimpin daerah pada umumnya. Dia digambarkan sebagai anak yang sederhana dan rendah hati.
Belajar di sekolah
Sebagai putra seorang raja, Soepomo mendapat kehormatan bersekolah di sekolah dasar untuk anak-anak bangsawan Belanda, yakni Europeanesche Lagere School di Solo.Soepomo menyelesaikan sekolahnya pada tahun 1917 pada usia 14 tahun. Ia kemudian melanjutkan studinya di kamp Meer Uitgebreid Onderwijs (MULO) ke jenjang selanjutnya, juga di solo.
Remaja asal Soepomo ini lulus sekolah pada tahun 1920 dengan predikat sangat memuaskan. Di sekolah inilah Soepomo bertemu dengan Raden Ajeng Kushartati, seorang dayang istana yang kemudian menjadi istrinya.Setelah lulus dari MULO, Soepomo melanjutkan studi hukumnya di Sekolah Hukum Jakarta pada tahun 1920. Di Jakarta, Soepomo mulai berhubungan dengan pemuda-pemuda lain yang tergabung dalam gerakan nasional.
Soepomo kembali mendulang hasil dengan menyelesaikan Rechtscool pada tahun 1923 dengan hasil yang memuaskan Pada tanggal 16 Mei 1923 ia diangkat menjadi panitera pengadilan negeri di Sragen,kota tempat kakeknya,RT Wirjodiprodjo, menjabat sebagai bupati Nayaka, Kabupaten Sragen.Pekerjaan yang dicintainya harus ditinggalkan pada 12 Agustus 1924. Saat itu, Soepomo menerima studieopdracht, atau program pertukaran pelajar.
Informasi keluarga Soepomo
Mempelajari pergerakan di Belanda
Pada usia 21 tahun,Soepomo mengejar cita-citanya menjadi pengacara dengan kuliah di fakultas hukum Universitas Leiden. Dia memperdalam minatnya pada hukum umum.Di sana,Soepomo juga bergabung dengan organisasi Vereniging Indonesia atau Persatuan Indonesia. Berubah menjadi organisasi politik, perkumpulan tersebut menyampaikan nilai-nilai gerakan kemerdekaan kepada Soepomo.
Soepomo tidak hanya aktif dalam gerak tetapi juga dalam seni. Jiwa seninya terlihat dalam tariannya yang berbakat. Dalam fase berbeda, Soepomo ingin menunjukkan bahwa Indonesia adalah bangsa dengan tingkat peradaban yang tinggi.
Kemampuan menari diwarisi dari seorang pangeran kerajaan bernama Sumodiningrat. Soepomo bahkan sempat menari dalam sebuah pertunjukan di Paris pada tahun 1926.Setahun kemudian, tepatnya pada tanggal 14 Juni 1927, Soepomo dianugerahi gelar Meester in desrechtern (Tuan). o Magister Hukum dengan predikat summa cum laude.
Disertasinya yang berjudul “De Reorganisasi Pengelolaan Pertanian di Het Gewest Soerakarta” langsung mengantarkannya meraih gelar doktor. Mencapai segalanya di usia 24 tahun.Meski sibuk bersekolah, Soepomo muda tak melupakan idola sekolahnya di Solo. Nasib membawanya bertemu kembali dengan Raden Ajeng Kushartati.Saat pernikahan emas Ratu Wilhelmina di Belanda, Supomo bertemu dengan orang tua Raden Ajeng Kushartati. Soepomo meminta restu untuk menikahinya.Pernikahan juga dilangsungkan di Indonesia setelah Soepomo kembali.
Menjadi hakim dan profesor
Setelah kembali ke Indonesia, Soepomo bekerja di berbagai profesi. Diantaranya Ketua Pengadilan Negeri Yogyakarta, Direktur Yustisi Jakarta, Guru Besar Hukum Adat Fakultas Hukum Jakarta.Pekerjaan Soepomo mengharuskan dilakukannya penelitian lapangan. Dia pergi ke rumah-rumah penduduk dan melihat betapa bodohnya menyatukan orang-orang.Soepomo yakin situasi ini hanya bisa diperbaiki melalui pendidikan. Berdasarkan pemikiran tersebut, Soepomo kerap mendampingi masyarakat dengan memberikan nasihat dan tindakan.
Dikutip dari Ensiklopedia Tokoh Nasional, Prof. Mr. Soepomo (2017): Cita-cita tinggi Soepomo membawanya bergabung dengan organisasi Budi Oetomo.Seperti organisasi dan partai politik lainnya, Budi Oetomo memperjuangkan kemerdekaan bangsa. Misalnya melalui pendidikan bagi seluruh anak tanah air.Pekerjaan Soepomo sangat penting bagi organisasi. Pada tahun 1930 ia diberi jabatan Wakil Presiden.
Di sisi lain, pekerjaannya sebagai hakim menempatkannya dalam dilema. Saat itu, pemerintah kolonial Belanda mengeluarkan aturan yang melarang masyarakat berkumpul dan berkumpul untuk kegiatan politik.Banyak tokoh nasional yang dipenjara berdasarkan peraturan ini. Soekarno pernah mendekam di penjara Sukamiskin mulai dari Bandung hingga Ende dan Bengkulu.
Begitu pula Hatta, Sutan Syahrir, Amir Syarifuddin, Sayuti Melik dan masih banyak nama lainnya.Soepomo, yang sangat mendukung gerakan para tokoh tersebut, terhubung dengan pekerjaannya sebagai pejabat pemerintah.Sebagai hakim, ia harus meneruskan penilaian Belanda kepada rekan senegaranya.Soepomo mencoba mendukung perjuangan tersebut dengan menyarankan para pejuang untuk bertemu secara diam-diam. Ia juga sering berdebat dengan petugas polisi yang menangkap militan.
BPUPKI,kemudian PPKI
Dengan masuk ke dalam pendudukan Jepang pada tahun 1942, Soepomo mengambil peran baru sebagai Mahkamah Agung ( Saikoo Hoin ) dan anggota Mahkamah Agung Sistem Hukum dan Komite Administratif.
Setahun kemudian ia diangkat menjadi kepala Kementerian Kehakiman ( Shijobuco ). Soepomo menerima penugasan tersebut karena pada masa pendudukan Jepang, para pejuang memilih untuk tidak berperang dan bekerja sama dengan militer Jepang yang tangguh.Jepang yang semula berniat menjadi saudara Timur dan memerdekakan Indonesia dari penjajahan, malah memperburuk kehidupan masyarakat.
Kebijakan Jepang yang ceroboh telah menyebabkan masyarakat hidup dalam kesengsaraan dan kelaparan. Rakyat tetap menuntut janji Jepang untuk memberikan kemerdekaan kepada Indonesia.Perang Dunia Kedua yang meluluhlantahkan Jepang pada tahun 1944 mengkhawatirkan banyak pihak, termasuk Soepomo. Para pemimpin gerakan ini khawatir Jepang tidak akan memberikan kemerdekaan yang dijanjikan.
Jepang tidak bisa dihindari. Untuk memenuhi janjinya, mereka membentuk sebuah badan yang bertugas mempersiapkan dan merencanakan pembentukan negara merdeka dan berdaulat.Pada tanggal 26 April 1945, didirikanlah Dokoritsu Zyumbi Coosakai atau Badan Penyelidik Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI).Soepomo direkrut darinya bersama Bung Karno, Bung Hatta, AA Maramis, Abdul Wahid Hasyim dan Moh Yamin.Semua orang mengutarakan pendapatnya tentang gagasan menjadi dasar negara. Soepomo menyampaikan lima asas pada tanggal 31 Mei 1945.Lima asas yang menjadi landasan negara adalah persatuan, musyawarah dan demokrasi, keadilan sosial, kekeluargaan dan kepedulian.
Ia menjadi Menteri
Kekalahan Jepang pada Agustus 1945 mendorong Indonesia mendeklarasikan kemerdekaannya pada 17 Agustus. Keesokan harinya, PPKI menggelar sidang.PPKI juga membentuk Komite Nasional Pusat Indonesia (KNIP) dan Badan Keamanan Rakyat (BKR). PPKI dibubarkan dan anggotanya bergabung dengan KNIP.
Penunjukan tersebut dilakukan oleh Soekarno karena percaya dengan keahlian hukum yang dimiliki Soepomo. Soepomo menjadi Jaksa Agung pertama RI.Salah satu tugas penting Soepomo adalah merumuskan supremasi hukum. Ia bercita-cita agar Indonesia bisa memiliki kodifikasi hukum sendiri dibandingkan mengadopsi hukum Belanda. Kodifikasi hukum yang dikemukakan Soepomo ini kembali ke hukum adat Indonesia.