Peran Keluarga Dalam Belajar Mandiri – Sebagai salah satu hal terpenting dalam hidup, pendidikan mengantarkan seseorang menuju masa depan yang lebih baik dan cerah. Pendidikan juga merupakan salah satu sarana yang paling mendasar dalam membangun watak seseorang dengan cara membentuk watak dan budi pekertinya. Dalam Islam, pendidikan merupakan salah satu hal terpenting yang dapat dilakukan seseorang. Hal ini tergambar dalam salah satu ungkapan: “Carilah ilmu dari buaian sampai liang kubur.” Artinya setiap orang wajib memperjuangkan ilmu sepanjang hidupnya.
dodingtonfamily – Hal pertama yang diperintahkan Allah SWT adalah belajar. Hal itu terungkap dalam ayat pertama surat al-Arak 1-5 Al-Qur’an. Literasi (membaca dan menulis) menjadikan kita pembelajar seumur hidup. Anak diharapkan berkompeten, berkarakter, dan berperilaku sesuai nilai-nilai Pancasila. Selama implementasi, orang tua memainkan peran penting dalam pemantauan untuk memastikan proses pembelajaran terintegrasi dan inklusif.
Kurikulum Merdeka merupakan kurikulum dengan pembelajaran in-kurikuler yang beragam untuk memastikan siswa memiliki cukup waktu untuk mengeksplorasi konsep dan memperkuat keterampilannya. Kurikulum ini bertujuan untuk menjadikan pembelajaran menyenangkan bagi anak. Sebab jika anak senang maka ia akan mudah menerima materinya. Pembelajaran merdeka merupakan langkah awal transformasi pendidikan menuju terwujudnya sumber daya manusia (SDM) yang unggul. Dalam Islam, kebebasan belajar bukan berarti pengecualian dari kewajiban belajar. Kebebasan belajar berarti bebas dari penjajahan dan tekanan dari berbagai pihak pembelajar. Jangan merasa malas dan puaslah dengan ilmu yang sudah Anda miliki. Salah satu langkah menuju kebebasan belajar dapat dicapai dengan memahami hubungan kemanusiaan dengan Khaliq.
Belajar mandiri bukan hanya sekedar memperoleh konsep, fakta, dan prosedur, namun yang terpenting adalah memperoleh pengetahuan metakognitif. Segala sesuatu yang Anda pelajari di sekolah dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga Anda perlu menyeimbangkan pembelajaran Anda di sekolah dan di rumah.
Dalam teori belajar konstruktivis Vygozzi, belajar lebih merupakan peristiwa mental daripada peristiwa perilaku, meskipun aspek perilaku lebih terlihat jelas di hampir semua peristiwa belajar. Pendekatan pembelajaran berbasis siswa kami mendukung perkembangan anak di bawah bimbingan orang-orang yang ahli di bidangnya. Untuk mendorong perkembangannya, diperlukan peran orang dewasa dan anak-anak lainnya. Bukan berarti orang tua bekerja, tetapi anak tidak bekerja sama sekali dan tidak berusaha memahami, sehingga berujung pada menurunnya mutu pendidikan.
Baca Juga : Penerapan Etis Kecerdasan Buatan dalam Kedokteran Keluarga
Pembelajaran di sekolah memerlukan interaksi orang tua-anak yang intensif. Melalui interaksi tersebut, anak secara bertahap memperoleh pengetahuan. Oleh karena itu, anak dan orang tua harus mencari, membaca, memahami, dan menyelesaikan tugas, yang mungkin memerlukan waktu untuk menyelesaikan tugas tersebut. Anak-anak bisa mendapatkan lebih banyak pengalaman belajar dibandingkan orang tuanya di tempat kerja. Oleh karena itu, kesabaran orang tua sangat penting agar anak dapat membangun ilmu pengetahuan. Orang tua yang sabar dan tenang memberikan udara sejuk pada anaknya agar bisa bekerja dengan tenang dan nyaman. Orang tua yang baik saat ini tidak hanya mendampingi anaknya dalam belajar, namun juga lebih banyak berinteraksi untuk memberikan rasa aman dan tenang pada anaknya dalam menyelesaikan tugas.
Pencapaian tujuan kurikulum mandiri memerlukan tiga aspek: siswa (anak), sekolah, dan keluarga. Berikut peran yang dapat dilakukan orang tua dalam mensukseskan pembelajaran mandiri.
Pertama: Menemani. Penyelenggaraan belajar mandiri memerlukan peran orang tua di rumah untuk mengawasi anaknya sesuai norma agama dan Pancasila. Dalam hal ini orang tua wajib mengawasi anaknya dalam menjalankan ibadah, mengingat pentingnya ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan akhlak yang mulia. Kalaupun anak mempunyai akhlak yang mulia, pasti akan meneladani orang tuanya, sehingga orang tua perlu bertutur kata yang sopan.
Baca Juga : Museum Nasional Auschwitz Birkenau Di Owiecim
Termasuk berpikir kritis ketika anak bertanya kepada orang tuanya di rumah. Sebagai orang tua, kita tidak boleh mengecewakan mereka. Kedua, bersikaplah terbuka. Pendidikan terus berkembang. Hal ini sesuai dengan pesan Ali bin Abi Thalib. “Didiklah anak-anak Anda karena mereka hidup pada zamannya, bukan zaman Anda. Metode pendidikan yang kita terima di masa lalu tidak dapat diterapkan di masa yang penuh tantangan saat ini”. Kita harus selalu belajar tentang aspek positif dari kurikulum mandiri. Dikembangkan oleh para ahli di bidang pendidikan, kurikulum ini disesuaikan dengan perkembangan anak masa kini, terutama untuk mengatasi learning loss pasca pandemi. Orang tua perlu bersemangat terhadap sesuatu yang baru untuk anaknya, namun tidak berpikiran tertutup. Temukan sisi positif dari kurikulum belajar mandiri dengan terus giat belajar. Anda juga dapat memantau perkembangan penerapan ini untuk memberikan masukan kepada sekolah agar dapat dievaluasi dan diperbaiki di masa mendatang.
Ketiga, kita perlu mempunyai perspektif nasional: Binneka, Tungal, dan Ika. Indonesia adalah rumah bagi banyak kelompok etnis, agama, dan budaya yang berbeda. Sebagai warga negara yang baik, kita juga harus bisa menerima perbedaan yang ada di sekitar kita. Saat ini kompetisi tidak hanya diadakan di tingkat nasional saja, namun juga di tingkat internasional. Kita tidak boleh membiarkan generasi kita berdebat lagi hanya berdasarkan perbedaan. Oleh karena itu, penting untuk mewariskan beragam pengetahuan kebangsaan yang dimiliki orang tua kepada anak. Oleh karena itu, generasi muda ke depan akan lebih sibuk bekerja dan meraih hasil yang bermanfaat dibandingkan sibuk mencari kelemahan dan menentukan perbedaan. Jangan menabur benih “kebencian” di hati anak, sehingga yang tumbuh hanya perasaan toleransi, sabar, menghargai orang lain, dan cinta kasih di hati anak.
4: Kemampuan teknis. Mengapa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menjadi Kementerian Pendidikan, Riset, dan Teknologi? Mengapa namanya tidak lagi “sekadar” Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Olahraga, Sains dan Teknologi? Tentu saja ada alasan mengapa perubahan nama ini terjadi. Salah satunya adalah pendidikan dan teknologi merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan. Anda dapat menemukan sumber informasi dan pengetahuan kapan saja, di mana saja. Produk yang digarap dan dihasilkan anak selama proses pembelajaran tidak hanya dapat berupa benda fisik atau “hard copy”, namun juga dapat berupa “soft copy” yang dapat dibuat dan disimpan dengan menggunakan perangkat komunikasi. Orang tua perlu menjadi lebih berpengetahuan tentang teknologi sehingga mereka dapat membantu program pemerintah membuat kurikulum pembelajaran mereka sendiri agar berhasil mempromosikan perangkat teknologi.
Kelima: Berdoa. Allah SWT memberikan keistimewaan melalui doa orang tua kepada anaknya. Ini adalah salah satu dari tiga doa yang terkabul. “Ada tiga orang yang doanya tidak tertolak: doa orang tua untuk anaknya, doa orang yang berpuasa, dan doa orang musafir.”
Apa Itu Program Keluarga Berencana - Keluarga berencana, yang lebih dikenal sebagai KB, adalah inisiatif…
Dimana keluarga kerajaan Jerman sekarang - Ratu Inggris merayakan ulang tahun ke-70 takhtanya akhir pekan…
Memahami Keluarga Kerajaan Spanyol - Jika Anda ingin mengenal keluarga kerajaan Spanyol, Anda akan menjelajahi…
Faktor Yang Melanggengkan Bisnis Keluarga - Bisnis keluarga adalah jenis usaha yang rentan terhadap kebangkrutan.…
Keluarga Tentang Haldy Sabri Momong 2 Anak Irish Bella - Potret Haldi Sabri, salah satu…
Kisah Keluarga Membangun Jembatan - Kisah keluarga membangun jembatan setelah tetangga memblokir jalan menuju rumah…