Pengaruh Keluarga yang Tidak Harmonis Terhadap Psikologi Anak
5 min readPengaruh Keluarga yang Tidak Harmonis Terhadap Psikologi Anak – Siapa yang tidak menginginkan keluarga yang harmonis? Pasalnya, keharmonisan keluarga juga mempengaruhi kondisi psikologis anak. Si kecil akan selalu merasa disayangi dan diperhatikan oleh orang tuanya. Dia akan tumbuh dengan penuh kebahagiaan.
Pengaruh Keluarga yang Tidak Harmonis Terhadap Psikologi Anak
dodingtonfamily – Namun tidak semua pasangan mampu membangun keluarga yang harmonis. Hal ini tidak mengherankan, karena tidak mudah menyatukan dua hati. Pertengkaran tidak bisa dihindari karena terkadang ego masih diutamakan. Faktanya, konflik dan perselisihan antar orang tua di rumah juga bisa berdampak buruk pada kondisi psikologis anak. Berikut beberapa dampak psikologi anak terhadap hubungan keluarga yang patut diwaspadai orang tua.
Keluarga yang tidak harmonis menyebabkan stres pada anak
Orang tua harus mengetahui bahwa anak yang sering menyaksikan orang tuanya bertengkar atau bertengkar lebih besar kemungkinannya mengalami stres dan kurang bahagia. Ia juga cenderung tertutup terhadap orang lain. Hal ini disebabkan oleh kurangnya kasih sayang dan perhatian dari orang tua. Bukan tidak mungkin anak mengalami pergaulan yang salah.
Anak bertindak agresif dan kasar.
Anak mempunyai kecenderungan untuk meniru tindakan orang tuanya. Oleh karena itu, selalu berikan contoh dan hindari kekerasan dalam rumah tangga. Ketika hubungan keluarga tidak harmonis, anak cenderung berperilaku agresif dan tidak hormat terhadap orang lain. Bahkan, dia tidak takut untuk memukul siapa pun yang tidak disukainya tanpa alasan yang jelas. Anak Anda akan mudah emosi ketika menghadapi masalah apa pun di kemudian hari.
Anak Menjadi Lebih Pendiam dan Antisosial
Berada dalam situasi keluarga yang tidak harmonis Itu menjadi beban bagi anak. Tentu saja, aku tidak ingin ada yang tahu apa yang terjadi dengan keluargaku. Akibatnya anak cenderung pendiam dan antisosial. Ia tidak ingin bersosialisasi dengan siapapun dan lebih memilih menyendiri.
Anak kehilangan teladan
Dampak psikologi anak terhadap hubungan keluarga sumbang selanjutnya adalah kurangnya teladan orang dewasa bagi anak. Mereka mungkin juga berpikir bahwa tidak ada orang dewasa yang dapat mereka percayai dan tiru. Jika dibiarkan, anak bisa merasa kesepian dan lebih rentan mengalami depresi.
Anak kehilangan rasa percaya diri
Kuatnya rasa percaya diri anak berasal dari dukungan orang tuanya. Motivasi dan pujian dari ibu dan ayah meningkatkan semangat anak dalam segala aktivitas. Sebaliknya, anak yang tinggal di lingkungan rumah yang tidak harmonis akan kehilangan motivasi dan semangat. Tak heran jika ia tumbuh menjadi anak yang pasif dan minder.
Baca Juga : Tanda Keluarga Toxic dan Bahayanya Bagi Kesehatan Mental Anak
Pendidikan anak juga terganggu
Anak yang menderita stres tidak pernah tumbuh dan berkembang sepenuhnya Tidak ada yang bisa dilakukan. Juga dari sudut pandang akademis atau pendidikan. Hal ini disebabkan oleh perubahan lingkungan dan gaya hidup. Ketika semangatnya hilang, anak cenderung menjadi tidak aktif dan berbuat sesukanya. Ia akan merasa bahwa pendidikan tidak lagi penting.
Anak-anak berisiko mengalami masalah psikologis saat dewasa.
Penelitian yang dilakukan oleh University of Sussex menunjukkan bahwa anak-anak yang menyaksikan orangtuanya bertengkar berisiko mengalami masalah kesehatan mental saat dewasa. Bahkan, bukan tidak mungkin anak-anak dari lingkungan keluarga yang sumbang berisiko lebih besar untuk mengakhiri hidup lebih cepat akibat perceraian yang dinilai ekstrem.
Keluarga patah adalah keluarga yang tidak lagi hidup bersama karena berbagai alasan, termasuk perceraian orang tua, kematian salah satu atau kedua orang tua, atau perpisahan lainnya.
Kondisi ini tidak hanya menimbulkan masalah bagi orang tua, tapi juga dapat mempengaruhi kondisi mental anak. Jika tidak ditangani dengan cepat dan tepat, dampak perpecahan keluarga pada anak dapat berlanjut hingga dewasa. Apa konsekuensinya jika sebuah keluarga pecah setelah dewasa?
Apa itu rumah rusak?
Seperti disebutkan di atas, istilah “kehancuran keluarga” mengacu pada situasi di mana keluarga terpisah dan tidak lagi tinggal bersama, atau di mana hubungan keluarga tidak harmonis. Selain perceraian orang tua, perpecahan keluarga dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain kematian salah satu atau kedua orang tua, masalah keuangan, perselisihan, dan bahkan kekerasan dalam rumah tangga.
Berbagai dampak perpecahan keluarga di masa dewasa
Keruntuhan keluarga merupakan situasi yang dapat berdampak negatif terhadap keadaan psikologis seluruh keluarga, termasuk anak-anak. Bahkan, kondisi ini bisa menimbulkan dampak jangka panjang seiring pertumbuhan anak.
Beberapa dampak perpecahan keluarga terhadap kondisi psikologis anak dan orang dewasa adalah:
1. Gangguan Perilaku
Dampak putusnya keluarga di masa dewasa yang pertama adalah dapat menimbulkan gangguan perilaku. Keluarga yang tidak harmonis dapat mengakibatkan anak kehilangan pengasuh yang dapat memberikan dukungan atau membebani dirinya. Oleh karena itu, beberapa anak dari keluarga berantakan mengalami perubahan suasana hati yang tidak teratur.
Jika kondisi ini tidak ditangani, berbagai gangguan perilaku dapat berkembang di masa dewasa, antara lain: B. Gangguan Kepribadian Antisosial atau Gangguan Kepribadian Narsistik.
2. Prestasi akademik dan pekerjaan yang buruk
Anak-anak yang berasal dari keluarga berantakan (broken home) lebih besar kemungkinannya mengalami ketidakmampuan belajar. Hal ini karena ketidakmampuan belajar seringkali mengakibatkan rendahnya konsentrasi. Oleh karena itu, anak-anak yang berasal dari keluarga berantakan (broken home) mempunyai risiko lebih tinggi untuk mengalami penurunan akademik. Padahal, jika kondisi ini berlangsung lama, hal ini bisa berdampak pada performa kerja anak bahkan setelah ia beranjak dewasa.
3. Rendahnya kesadaran diri
Hilangnya kehadiran orang tua merupakan salah satu faktor yang sangat mempengaruhi keadaan psikologis anak yang keluarganya berantakan. Bahkan, kondisi ini bisa membuat anak menjadi marah dan menyalahkan diri sendiri, mengira dirinyalah penyebab perceraian orang tuanya.
Jika pola pikir ini terus berlanjut hingga dewasa, anak mungkin akan merasa rendah diri, merasa cemas, malu, dan menarik diri dari lingkungan sosial.
4. Depresi
Salah satu dampak perpecahan keluarga di masa dewasa adalah dapat menimbulkan depresi. Ketika sebuah keluarga retak karena perpisahan orang tua, baik karena perceraian atau kehilangan, hal itu dapat menimbulkan trauma yang mendalam pada anak.
Kondisi ini juga dapat menyebabkan anak menjadi frustasi dengan keadaannya, merasa sangat sedih, dan kehilangan minat dalam beraktivitas sehari-hari. Padahal, jika depresi akibat perpecahan keluarga tidak ditangani dengan cepat dan tepat, terdapat risiko nyata untuk menyakiti diri sendiri (self-harm) dan pikiran untuk bunuh diri.
5. Kesulitan Menetapkan Tujuan HidupSebagai orang dewasa, mungkin akan sulit menentukan tujuan hidup akibat dari retaknya keluarga. Pasalnya, perpecahan keluarga merupakan peristiwa traumatis yang dapat mengubah pola pikir dan perilaku seseorang hingga dewasa.
Selain itu, kondisi ini menimbulkan rasa cemas dan takut pada korban keluarga yang patah, sehingga membuat mereka cemas dalam menjalani kehidupannya. Oleh karena itu, anak-anak yang keluarganya retak mungkin menjadi sangat berhati-hati atau tidak mampu menetapkan tujuan hidup dengan baik, karena takut kejadian serupa akan menimpa mereka.
6. Kesulitan membangun hubungan yang serius
Ketika terjadi keretakan hubungan antara orang tua, anak-anak dari keluarga yang retak menjadi enggan untuk menjalin atau menjalin hubungan yang serius saat dewasa. Selain itu, trauma masa lalu ini seringkali menimbulkan rasa takut dan malu pada anak sehingga membuat mereka merasa tidak layak untuk dicintai.
Itulah beberapa dampak dari Broken Home yang patut Anda waspadai sebagai orang dewasa. Jika Anda atau seseorang yang Anda kenal memiliki masalah kesehatan mental yang mengganggu kehidupan sehari-hari Anda, jangan ragu untuk menggunakan fasilitas konsultasi telepon kami. Fitur ini memungkinkan Anda berkonsultasi langsung dengan psikolog atau psikiater secara virtual.