Biografi Tentang Moh Yamin Seorang Pahlawan Nasional
5 min readBiografi Tentang Moh Yamin Seorang Pahlawan Nasional-Prof. Bpk. Mohammad Yamin, H.H. lahir 24 Agustus 1903 di Talawi, Sawahlunto, Sumatera Barat meninggal 17 Oktober 1962 pada umur 59 tahun, adalah seorang penulis,sejarawan, budayawan, politikus dan pengacara yang dihormati sebagai pahlawan nasional Indonesia.
Biografi Tentang Moh Yamin Seorang Pahlawan Nasional
dodingtonfamily – Beliau adalah salah satu pionir puisi modern Indonesia dan pionir Sumpah Pemuda serta “Pembuat Citra Indonesia-Indonesia” yang mempengaruhi sejarah kesatuan Indonesia.
- Nama : Prof. Mohammad Yamin, H.H.
- Lahir: Sawahlunto, Sumatera Barat, 24 Agustus 1903
- Almarhum: Jakarta, 17 Oktober 1962 (seusia saya 59)
- Agama : Islam
- Ayah : Tuanku Oesman memberi gelar Yang Mulia Khatib
- Ibu: Situs Saadah
Mohammad Yamin adalah putra dari Usman Baginda Khatib dan Siti Saadah yang masing-masing berasal dari Sawahlunto dan Padang Panjang. Ayahnya memiliki enam belas anak dan lima istri, yang hampir semuanya kemudian menjadi intelektual berpengaruh.
Saudara laki-laki Yamin adalah : Muhammad Yaman , seorang pendidik, Djamaluddin Adinegoro, seorang sumur -Wartawan ternama, dan Ramana Usman, Pelopor Korps Diplomatik Indonesia. Selain itu, sepupunya Mohammad Amir juga merupakan tokoh gerakan kemerdekaan Indonesia.
Saudara laki-laki Yamin adalah : Muhammad Yaman , seorang pendidik, Djamaluddin Adinegoro, seorang sumur -Wartawan ternama, dan Ramana Usman, Pelopor Korps Diplomatik Indonesia. Selain itu, sepupunya Mohammad Amir juga merupakan tokoh gerakan kemerdekaan Indonesia.
Yamin mengenyam pendidikan sarjana di Hollandsch-Inlandsche School (HIS) Palembang , Dia kemudian melanjutkan pendidikannya di Algemeene Middelbare School (AMS) Yogyakarta. Di AMS Yogyakarta,ia mulai mempelajari sejarah kuno dan berbagai bahasa seperti Yunani, Latin dan Kaei. Namun setelah lulus, ia harus mengurungkan niatnya untuk melanjutkan studi di Leyden, Belanda, karena kematian ayahnya. Ia kemudian belajar di Rechtshoogeschool te Batavia (Sekolah Tinggi Hukum Jakarta, yang kemudian menjadi Fakultas Hukum Universitas Indonesia) dan berhasil mendapatkan gelar memperoleh gelarMeester in de Rechten (gelar sarjana hukum) pada tahun 1932.
Moh Yamin Seorang Pahlawan
Kehidupan keluarga Mohammed Yamin
Pada tahun 1937,Mohammad Yamin menikah dengan Siti Sundari,putri bangsawan Kadilangu, Demak, Jawa Tengah, dan dari pernikahan tersebut lahirlah seorang putra bernama Dang Rahadian Sinayangsih Yamin. Pada tahun 1969,Dang Rahadian menikah dengan Sinayangsih Yamin Raden Ajeng Sundari Merto Amodjo , putri sulung Mangkunegoro VIII.
Karier sastra Mohammad Yamin
Karir politik Yamin dimulai saat ia masih menjadi mahasiswa di Jakarta . Saat itu ia bergabung dengan organisasi Jong Sumatran Bond dan menyusun Sumpah Pemuda yang dibacakan pada Kongres Pemuda II. Dengan komitmen tersebut, ia menetapkan bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa Melayu sebagai bahasa nasional Indonesia.Melalui organisasi Indonesia Muda,Yamin mendorong penggunaan bahasa Indonesia sebagai alat persatuan. Setelah kemerdekaan, bahasa Indonesia kemudian menjadi bahasa resmi dan bahasa utama dalam sastra Indonesia.
Pada tahun 1932,Yamin lulus dari sekolah hukum.Ia kemudian bekerja sampai tahun 1942 sebagai pengacara di Jakarta. Pada tahun yang sama,Yamin tercatat sebagai anggotanya Partindo. Setelah Partindo bubar,ia mendirikan Gerakan Rakyat Indonesia bersama dengan Adenan Kapau Gani dan Amir Sjarifoeddin ( Gerindo). Pada tahun 1939 ia terpilih menjadi anggota Volksraad (Dewan Rakyat).
Pada masa pendudukan Jepang (1942-1945),Yamin bertugas di Pusat Kekuasaan (PUTERA).sebuah organisasi nasionalis yang didukung oleh pemerintah Jepang. Pada tahun 1945 ia terpilih menjadi anggota Badan Penyelidik pada Badan Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI).
Mohammad Yamin, Tokoh Bangsa Yang Merumuskan Sumpah Pemuda
Peran generasi muda sangat penting dalam perjalanan menuju Indonesia merdeka. Kaum muda berperan penting dalam perlawanan terhadap kolonialisme, baik melalui perlawanan fisik maupun diplomasi.
Kebangkitan generasi muda dimulai ketika mereka mulai berorganisasi pada Era Kebangkitan Nasional pada tahun 1908.Periode ini ditandai dengan berdirinya organisasi pemuda seperti Boedi Oetomo di Batavia dan Indische Vereeniging (Perkumpulan Indonesia) yang didirikan oleh mahasiswa Indonesia di Belanda.
Beberapa organisasi lain bermunculan, antara lain Tri Koro Dharmo yang didirikan pada tahun 1915 dan kemudian berganti nama menjadi Jong Java. Namun saat itu organisasi kepemudaan masih bersifat kedaerahan dan mengedepankan kepentingan masing-masing suku.Namun seiring berjalannya waktu, kelompok pemuda semakin menyadari perlunya bersatu dalam memperjuangkan kepentingan bangsa.
Buku Indonesia dalam Arus Sejarah (2013) menjelaskan bahwa perubahan radikal yang terjadi pada organisasi kepemudaan mendorong mereka untuk bersatu dan berkumpul di satu tempat Pada tanggal 30 April 1926, kaum muda di Jakarta mengadakan perkumpulan besar kelompok pemuda yang dikenal dengan “Kongres Pemuda Pertama”. Namun upaya saat itu untuk menyatukan beberapa kelompok pemuda dalam satu organisasi gagal.
Pada Kongres Pemuda Pertama, generasi muda belum menyatukan pandangan dan masih mengedepankan kepentingan etnis.Salah satu tokoh pemuda bahkan dikenal lantang menentang penggabungan atau penggabungan organisasi kepemudaan daerah dalam sebuah forum.Namun tokoh muda inilah yang kemudian dikenal sebagai orang yang merumuskan Sumpah Pemuda pada Konvensi Pemuda Kedua pada tahun 1928. Tokoh tersebut adalah Ketua Jong Sumatran Bond, Mohammad Yamin.
Baca Juga : Informasi Keluarga Presiden Pertama Soekarno
Kesatuan Bahasa
an Baginda Khatib dan Siti Saadah ini tumbuh dalam keluarga terpelajar. Dari film dokumenter Harian Kompas, terlihat sang ayah yang bekerja di kafe membekali Yamin kecil dengan pendidikan yang mumpuni.
Menurut Elizabeth E. Graves dalam buku The Origins of the Modern Minangkabau Elite , pengunjung kafe termasuk golongan terpelajar dengan kemampuan literasi dan matematika yang baik. Kelompok lainnya adalah jaksa dan Pangreh Praja.
Setelah mengenyam pendidikan dasar di kampung halamannya, Yamin melanjutkan studinya di Pulau Jawa, tepatnya di Algemene Middlebare School (AMS) di Surakarta. Yamin kemudian berangkat ke Jakarta dan bersekolah di sekolah hukum (Rechts Hooge School) di Jakarta.
Setelah aktif dan memimpin Jong Sumatran Loan, Yamin mulai aktif mempromosikan gagasan persatuan Indonesia. Sebagai sastrawan dan penyair, Yamin meyakini melalui bahasa antara lain ia bisa menjadi “alat” persatuan.
Gagasan ini juga diungkapkan dengan lantang pada Kongres Pemuda Pertama. Melalui pidatonya “Kemungkinan Bahasa dan Sastra di Masa Depan”, Yamin “mengusulkan” bahasa Melayu sebagai bahasa persatuan.
Saya yakin cepat atau lambat bahasa Melayu akan menjadi bahasa masyarakat dan bahasa pemersatu bangsa Indonesia. Dan kebudayaan Indonesia masa depan akan terekspresikan dalam bahasa ini.demikian pidato Yamin yang dikutip dari buku Mahasiswa dan Kekuasaan di Negeri Orde Baru (2003) Pidatonya diterima dengan baik oleh para remaja yang menghadiri konvensi. Mereka tertarik dengan ceramah Mohammad Yamin, khususnya yang berkaitan dengan persatuan.
Banyak yang percaya bahwa penggunaan bahasa Melayu,yang sudah banyak digunakan sebagai bahasa pengantar selain bahasa Belanda dan Arab, juga akan digunakan sebagai bahasa pengantar di Indonesia.Jong Sumatranen Bond sendiri telah membahas bahasa terpadu ini sejak tahun 1923. Nantinya penggunaan kata “Indonesia” diharapkan akan mendorong penggunaan bahasa Belanda.
Untuk keterlibatan generasi muda
Kongres Pemuda Pertama tidak dapat mencapai kesepakatan yang berarti. Namun pidato Mohammad Yamin kembali memicu gelombang semangat.Sebelum pertemuan besar yang kedua, para pemuda kembali mencoba menyatukan berbagai organisasi untuk bergabung dalam satu wadah.
Persatuan Indonesia dan Persatuan Pelajar Indonesia (PPKI) menyepakati hal tersebut. Alhasil, banyak organisasi kepemudaan yang memutuskan untuk berkumpul dalam satu wadah.
Namun, Mohammad Yamin menolak menyatukan organisasi pemuda. Yamin lebih memilih terbentuknya federasi dari klub-klub yang sudah ada. Sebab, federasi masing-masing daerah punya peluang lebih besar untuk bergerak bebas tanpa aturan intrinsik.Sampai dengan pembukaan Kongres Pemuda Kedua pada tanggal 27 Oktober 1928 di Jakarta,Yamin yang bertindak sebagai Sekretaris Kongres belum menyetujui pembentukan perkumpulan tersebut.
Meski demikian,Yamin tetap menjaga semangat persatuan Indonesia. Ia tetap berharap semangat persatuan tetap ada, namun keunikan masing-masing daerah tidak hilang.
Yamin juga tidak ingin Kongres Pemuda II berakhir tanpa hasil. Setidaknya harus ada kemauan dan kesepakatan bersama yang dibacakan oleh para peserta kongres.Saat konvensi, Yamin mulai menuliskan gagasan Sumpah Pemuda di selembar kertas. Ia kemudian memberikan dokumen tersebut kepada Soegondo Djojopoespito, yang saat itu menjabat sebagai Presiden Kongres.