Dodingtonfamily Info Keluarga Tertua Di Dunia

Informasi Mengenai Keluarga Yang Memiliki Garis Keturunan Yang Lama Hingga Ribuan Tahun

Kehidupan Keluarga Rumah Tangga di Jerman

5 min read
Kehidupan Keluarga Rumah Tangga di Jerman

Kehidupan Keluarga Rumah Tangga di Jerman –  Beberapa waktu yang lalu, muncul sebuah pertanyaan yang membuatku tergerak untuk menulis artikel ini: “Bagaimana kehidupan rumah tangga di Jerman, terutama bagi orang Indonesia yang menikah dengan orang Jerman? ”

Kehidupan Keluarga Rumah Tangga di Jerman

Kehidupan Keluarga Rumah Tangga di Jerman

dodingtonfamily – Tentunya, setiap rumah tangga memiliki dinamika yang berbeda. Setiap pasangan punya pengalaman unik, dan banyak tergantung pada karakter serta kepribadian masing-masing, baik itu pasangan dari Indonesia maupun Jerman. Oleh karena itu, aku tidak ingin memberikan jawaban yang mudah disamaratakan. Di sini, aku ingin berbagi sedikit pengalamanku menikahi seorang pria Jerman dan menjalani kehidupan rumah tangga bersamanya. Aku juga akan membandingkan pengalaman ini dengan beberapa teman Indonesia yang memiliki pacar orang Jerman, menikah dengan pria Jerman, serta mereka yang menikah dengan sesama orang Indonesia namun tinggal di Jerman. Semoga ini bisa memberikan gambaran yang lebih luas tentang kehidupan rumah tangga yang beragam.

Siapa yang Bekerja dan Siapa yang Mengurus Rumah?

Mari kita mulai dengan isu pembagian peran dalam rumah tangga. Di Indonesia, meskipun tidak semua pasangan menerapkan sistem tradisional, masih banyak yang mengikuti pola lama, di mana suami menjadi pencari nafkah dan istri bertanggung jawab mengurus rumah, termasuk memasak dan membersihkan. Meskipun istri juga bekerja, seringkali mereka tetap harus mengurus pekerjaan rumah sepulang dari kantor. Untunglah, ada suami yang lebih modern dan mau membantu istri dalam urusan rumah tangga. Namun, di keluargaku, seperti juga di keluarga tante dan om-omku di Batu, beban kerja masih banyak ditanggung oleh istri.

Di Jerman, situasiku sedikit berbeda. Suamiku termasuk pria yang, bisa dibilang, cukup malas dalam hal bersih-bersih. Tanggung jawab untuk membersihkan, merapikan, dan memasak biasanya ada padaku. Namun, dia melakukan tugas yang paling malas menurutku, yaitu mencuci baju, menjemurnya di loteng, dan melipatnya. Jadi, rasanya kami sudah membagi tugas dengan cukup adil. Selain itu, aku merasa beruntung dia tidak suka memasak, sehingga aku bisa menugaskannya untuk berbelanja, dan aku sendiri yang memasak. Dengan cara ini, aku bisa memasak makanan yang aku suka, dan dia pun ikut menikmati.

Suamiku memiliki selera makanan yang sangat sederhana. Jika aku malas memasak, dia bisa hanya makan roti dan keju yang ditaburi merica dan garam. Itu sudah cukup baginya. Jika tidak, dia akan membeli pizza beku yang kemudian dipanggang, atau merebus pasta dengan saus tomat dan bawang bombay. Dia tidak pernah mengeluh sekalipun saat aku malas memasak. Pernah, setelah kami pulang dari liburan di Asia, aku tidak memasak selama dua bulan, dan dia tidak pernah mengeluh. Hanya sesekali, dia bilang kangen masakanku. Beruntung juga jika kalian memiliki pasangan pria Jerman yang jago memasak dan mau berbagi tanggung jawab dalam urusan rumah.

Sementara itu, temanku yang tinggal bersama pacarnya mengalami situasi yang berbeda. Pacarnya memiliki sifat yang sangat bersih dan seringkali menjadi yang mengurus kebersihan rumah. Ketika aku mengunjungi mereka, malah pacarnya yang mencuci piring, membersihkan dapur, sementara temanku santai saja di ruang tamu. Kami bercanda dan ngobrol sambil menikmati waktu bersama.

Dengan berbagai pengalaman yang ada, setiap pasangan pasti memiliki cara unik untuk mengatur kehidupan rumah tangga mereka.
Temanku, yang keduanya merupakan orang Indonesia, memiliki tugas rumah tangga yang berbeda. Istrinya fokus pada kegiatan memasak, sementara suaminya bertanggung jawab untuk berbelanja dan membersihkan rumah. Istrinya juga mencuci pakaian, sedangkan suaminya menjemur. Sebenarnya, semua itu sangat bergantung pada keputusan masing-masing individu dan pasangan mereka. Tak ada yang sama antara satu dengan yang lain.

 

Baca Juga : Rekomendasi Museum di Semarang yang Wajib Dikunjungi 

 

2. Siapa yang Mengatur Keuangan?
Ketika aku bertunangan dengan pria Indonesia dulu, aku lah yang mengatur gajinya. Dari setiap pengeluaran terkecil hingga semua pemasukan kami berdua, semuanya aku kelola. Namun, setelah menikah dengan suami Jerman, situasinya menjadi berbeda. Kini, suamiku yang mengelola keuangan kami. Dia tahu berapa jumlah uangku, tetapi aku tidak tahu berapa banyak uangnya, simpanan kami, dan pengeluaran bulanan yang kami lakukan.

Kadang, aku merasa ingin protes mengapa aku tidak diizinkan untuk tahu. Dia selalu menjawab, ‘Biarlah aku yang pusing mengatur semua ini, kamu cukup bersenang-senang saja dengan uangmu! ’. Terkadang aku merasa kurang dihargai sebagai perempuan jika tidak terlibat dalam pengelolaan keuangan rumah tangga. Namun, aku mengakui bahwa suamiku sangat pintar dalam mengelola keuangan dan sangat teliti dengan pengeluaran kami, jadi aku memutuskan untuk mempercayakan hal itu padanya.

 

Baca Juga : Mengenal Kebersamaan Dalam Keluarga

 

Karena aku juga bekerja, aku tidak meminta nafkah darinya. Bahkan, aku ikut berkontribusi dalam biaya makan dan pengeluaran lainnya setiap bulan. Suamiku yang membayar biaya apartemen, pemanas ruangan, listrik, air, internet, dan sebagainya. Jika aku ingin membeli sesuatu yang mahal, seperti kamera, laptop, ponsel, atau merencanakan liburan, dia yang akan membelikan. Sementara itu, dengan penghasilanku dan bantuan Bafög, aku bisa memenuhi kebutuhanku sendiri, seperti makan dan berbelanja dengan teman-teman. Ups. . . :D. Namun, karena aku juga tipe yang hemat dan tidak menyukai barang bermerek, aku lebih sering menghabiskan uangku untuk memasak dan makan.

Aku sering mendengar bahwa di Jerman, siapa pun yang memiliki penghasilan lebih besar biasanya yang mengatur keuangan keluarga. Contohnya seperti hubungan aku dan suamiku. Namun, pendapat itu tidak sepenuhnya benar. Misalnya saja rekan kerjaku, yang juga merupakan orang Jerman dan menikah dengan sesama orang Jerman, justru istrinya yang mengatur keuangan meskipun suaminya berpenghasilan lebih besar. Ada juga teman Indonesiaku yang menikah dengan pria Jerman dan tidak bekerja, dia lah yang mengatur keuangan suaminya karena suaminya terlalu boros dan suka berfoya-foya. Dia mengkhawatirkan, jika suaminya yang mengatur uang, mereka bisa saja menjadi gelandangan! 😛

Suamiku selalu menekankan bahwa masalah uang bukanlah masalah terbesar. Sejak kecil, dia memang suka menabung dan bercita-cita untuk membangun sebuah rumah kecil saat kami sudah punya anak dan membutuhkan tempat tinggal. Mengingat harga tanah dan rumah yang sangat mahal di Jerman, dia selalu meyakinkanku bahwa apa yang dilakukannya tidak perlu membuatku khawatir, dia akan mencukupiku dan anak-anak kami. Jadi, aku memutuskan untuk mempercayakannya sepenuhnya.

3. Siapa yang Mengurus Anak?
Menjaga dan mendidik anak adalah tanggung jawab bersama antara suami dan istri. Meskipun saya belum memiliki anak, saya belum bisa memastikan siapa yang seharusnya bangun di tengah malam untuk menenangkan bayi yang menangis, atau siapa yang akan mengganti popok dan melakukan tugas lainnya. Namun, berdasar pengalaman saya sebagai au pair, saya menyadari betapa beratnya peran seorang ayah dalam merawat anak. Misalnya, setelah pulang kerja, sang suami harus meluangkan waktu untuk bermain dengan anak-anak, mengantarkan mereka ke kamar mandi untuk menyikat gigi setelah makan malam, kemudian mengganti popok dan memakaikan baju tidur, serta membacakan cerita sebelum tidur. Belum lagi, dia juga harus membereskan dapur setelahnya.

Copyright © All rights reserved. | Newsphere by AF themes.