Apa Itu Program Keluarga Berencana
4 min readApa Itu Program Keluarga Berencana – Keluarga berencana, yang lebih dikenal sebagai KB, adalah inisiatif berskala nasional yang bertujuan untuk mengurangi angka kelahiran dan mengendalikan pertumbuhan populasi di suatu negara. Di Amerika Serikat, misalnya, terdapat program keluarga berencana yang dikenal dengan nama Planned Parenthood.
Apa Itu Program Keluarga Berencana
dodingtonfamily – Program KB dirancang untuk mendorong kemajuan, stabilitas, serta kesejahteraan ekonomi, sosial, dan spiritual bagi setiap individu. Dalam konteks hukum, keluarga berencana diatur dalam Undang-Undang No. 10 Tahun 1992 dan dilaksanakan serta diawasi oleh Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN).
Salah satu bentuk nyata dari program keluarga berencana adalah penggunaan alat kontrasepsi, yang bertujuan untuk menunda dan mencegah kehamilan. Beberapa jenis alat kontrasepsi yang paling umum digunakan antara lain:
– Kondom
– Pil KB
– IUD (Intrauterine Device)
– KB suntik
– KB implan atau susuk
– Vasektomi dan tubektomi (KB permanen)
Baca Juga :Art Galleries in Jakarta for Art Lovers
Program keluarga berencana telah terbukti berhasil menurunkan angka kelahiran di Indonesia. Data dari Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) yang dikeluarkan oleh BKKBN menunjukkan adanya penurunan angka kelahiran total (Total Fertility Rate/TFR). Pada akhir tahun 1991, angka kelahiran total tercatat sebesar 3 persen. Namun, catatan terbaru menunjukkan bahwa angka ini telah turun menjadi 2,38 anak per wanita pada tahun 2019.
Walaupun angka kelahiran total menunjukkan penurunan, angka tersebut belum mencapai target dalam Rencana Strategis yang ditetapkan, yaitu 2,1 anak per wanita. Selain itu, penggunaan alat kontrasepsi di Indonesia masih tergolong rendah, sekitar 57,2 persen, sementara target peserta aktif seharusnya mencapai 61,2 persen. Oleh karena itu, pemerintah berencana untuk melanjutkan kampanye program keluarga berencana demi mencapai target tersebut.
Manfaat Program Keluarga Berencana (KB)
Program keluarga berencana tidak hanya diciptakan untuk memenuhi sasaran pemerintah, melainkan juga memiliki banyak manfaat dari perspektif medis. Keluarga berencana berkontribusi pada kesehatan fisik dan mental setiap anggota keluarga. Baik ibu, anak, maupun suami dapat merasakan manfaat dari program ini, bahkan saat pasangan masih menunda kehamilan.
Baca Juga : Dimana keluarga kerajaan Jerman sekarang
Berikut adalah beberapa manfaat menjalankan program keluarga berencana:
1. Mencegah Kehamilan yang Tidak Diinginkan
Di Indonesia, sekitar 20% kehamilan tercatat sebagai tidak direncanakan atau tidak diinginkan di kalangan pasangan menikah. Ini mengindikasikan bahwa akses informasi dan pengetahuan mengenai kontrasepsi masih minim. Kehamilan yang tidak direncanakan dapat membawa berbagai risiko komplikasi kesehatan baik untuk ibu maupun bayi, seperti kelahiran prematur atau komplikasi saat melahirkan. Oleh karena itu, penting bagi setiap pasangan untuk memahami makna keluarga berencana dan merencanakan kehamilan sebelum berhubungan seksual.
2. Mengurangi Risiko Aborsi
Aborsi adalah tindakan yang mengandung risiko kesehatan sendiri. Program keluarga berencana bertujuan untuk mengurangi jumlah kehamilan yang tidak diinginkan, yang sering kali berujung pada keputusan untuk melakukan aborsi, dan dengan demikian membantu melindungi kesehatan mental dan fisik perempuan.
Kehamilan yang tidak direncanakan dan tidak didukung oleh program keluarga berencana dapat meningkatkan risiko terjadinya aborsi ilegal, yang berpotensi mengancam nyawa. Dalam konteks hukum di Indonesia, aborsi dianggap tindakan ilegal, kecuali dalam kondisi tertentu yang sangat spesifik.
Tindakan aborsi diatur secara ketat oleh Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan dan Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2014 tentang Kesehatan Reproduksi. Aturan ini menegaskan bahwa aborsi hanya boleh dilakukan oleh tim medis dan didasari oleh alasan medis yang kuat, seperti kehamilan yang berisiko tinggi bagi nyawa ibu dan/atau janin, situasi korban perkosaan, atau kondisi gawat darurat lainnya. Di luar kategori tersebut, aborsi menjadi tindak pidana yang dikenakan sanksi hukum.
Sayangnya, realitas di lapangan menunjukkan bahwa banyak aborsi ilegal dilakukan secara sembunyi-sembunyi, dengan prosedur yang tidak sesuai standar medis. Hal ini mengakibatkan tingginya risiko kematian bagi ibu dan janin akibat aborsi yang tidak aman.
Kehamilan yang terjadi setelah mengikuti program keluarga berencana memiliki dampak positif yang signifikan bagi kesehatan wanita. Kehamilan yang tidak direncanakan dapat meningkatkan peluang terjadinya komplikasi, termasuk risiko kematian ibu. Sebuah studi kolaborasi antara BPS dan UNICEF Indonesia mengungkapkan bahwa anak perempuan yang hamil pada usia 10-14 tahun memiliki risiko kematian akibat komplikasi lima kali lebih besar dibandingkan mereka yang hamil di usia 20-24 tahun.
Komplikasi yang mungkin dialami oleh remaja hamil meliputi fistula obstetri, infeksi, perdarahan hebat, anemia, dan eklampsia, yang disebabkan oleh faktor fisik dan biologis tubuh yang belum siap untuk kehamilan. Risiko serupa juga dapat meningkat jika seorang wanita hamil terlalu sering dalam interval waktu yang dekat.
Namun, ada kabar baik: banyak penyebab kematian ibu akibat komplikasi kehamilan dan persalinan dapat dicegah, salah satunya dengan partisipasi dalam program keluarga berencana. Program ini tidak hanya menekankan pentingnya penggunaan kontrasepsi, tetapi juga menyediakan akses untuk merencanakan waktu, jumlah, dan jarak kehamilan yang ideal bagi setiap pasangan.
Selain itu, kehamilan di usia dini dapat berkontribusi pada risiko kelahiran prematur, berat badan lahir rendah, dan masalah gizi pada bayi. Data menunjukkan bahwa bayi yang dilahirkan oleh ibu yang sangat muda memiliki risiko kematian dini yang lebih tinggi dibandingkan dengan bayi yang lahir dari ibu yang lebih tua, karena janin harus bersaing untuk mendapatkan gizi yang cukup dengan tubuh ibu yang juga masih dalam tahap perkembangan.
Salah satu metode kontrasepsi yang paling umum dan mudah ditemukan adalah kondom. Sayangnya, masih banyak orang yang enggan menggunakannya karena salah kaprah bahwa kondom dapat mengurangi kenikmatan saat berhubungan seksual. Namun, penting untuk memahami bahwa penggunaan kondom tidak hanya mencegah kehamilan yang tidak diinginkan, tetapi juga membantu melindungi dari risiko infeksi menular seksual, termasuk HIV/AIDS.